Sampai saat ini, persoalan stunting masih menjadi topik pembahasan utama di Indonesia. Menurut Seorang Ahli Gizi Nutrisionis UOBF Puskesmas Rembang, Geva Ajeng Ardiyanty, A.Md.Gz. saat menjadi narasumber di talkshow kesehatan yang diselenggarakan oleh LPPL Radio Suara Pasuruan 107 FM menyampaikan dibutuhkan treatment yang tepat agar permasalahan stunting pada anak dapat terselesaikan, meskipun tidak memungkinkan untuk mencapai 0% minimal dapat mengurangi jumlah kasus stunting.
"Saat ini Indonesia berhasil menurunkan angka prevalensi stunting dari tahun ke tahun, pada Tahun 2022 angka prevalensi stunting mencapai 21,6%, untuk mencapai target 0% itu bukan hal mudah, bahkan bisa dikatakan mustahil karena setiap daerah pasti ada anak yang mengalami stunting, tetapi minimal kita bisa mengurangi jumlahnya", jelasnya. Jum'at (5/7/2024)
Selain faktor keturunan, yang paling mendominasi terjadinya stunting pada anak adalah faktor lingkungan dan penyakit infeksi yang terjadi secara berulang.
"Stunting adalah kondisi gagal tumbuh anak yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama, lalu terkena penyakit infeksi secara berulang terutama di periode 1000 HPK yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan, infeksi yang disebabkan oleh lingkungan dan ibunya seperti diare, hepatitis, malaria, muntaber dll" ungkapnya.
Menurut Ahli Nutrisionis, Geva Ajeng Ardiyanty menyampaikan terdapat salah satu upaya pencegahan stunting yang bisa dilakukan dengan metode ABCD dan E, sebuah metode yang diperkenalkan oleh Kementerian Kesehatan untuk memberikan pemahaman yang lebih mudah kepada masyarakat.
Adapun metode ABCD dan E ini merupakan istilah singkatan dari (A): Aktif minum tablet penambah darah, hal ini dianjurkan untuk perempuan usia subur dengan rutin mengonsumsi 1 tablet dalam 1 minggu, sedangkan untuk wanita hamil dianjurkan mengonsumsi selama 90 hari, masing-masing 1 kali 1 hari.
Kedua, (B): Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali, dianjurkan 2 kali pemeriksaan dengan dokter spesialis kandungan (Obgyn) di trimester pertama dan terakhir untuk dilakukan USG selebihnya bisa dilakukan di Faskes terdekat, seperti Puskesmas. Ketiga (C): Cukupi konsumsi protein hewani, seperti ikan, telur, daging dan lain-lain. Serta dianjurkan untuk ibu hamil mengonsumsi protein hewani sebanyak 300 gram dalam sehari. Keempat (D): Datang ke Posyandu setiap bulan, sebagai treatment awal untuk dilakukan pemantauan terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita dan ibu hamil. Dan terakhir (E): Eksklusif ASI selama 6 bulan.
Dengan dipenuhinya semua metode ABCD dan E menurut Geva Ajeng Ardiyanty dapat meminimalisir terjadinya kasus stunting pada Anak. Selain itu, Geva berharap para orang tua khususnya ibu agar lebih memperhatikan kesehatannya terutama pemenuhan gizi saat masa kehamilan.
"Tugas kita merangkul para perempuan untuk menjaga kesehatannya, kesehatan reproduksinya, karena dia adalah wadah untuk melahirkan generasi-generasi bangsa" ungkapnya saat mengakhiri talkshow. (R.A)
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini