Dalam Talkshow Kesehatan yang membahas terkait "Penyakit OMSK (Kopokan/Infeksi Telinga Berair" Dokter Spesialis THT, Asal RSUD Grati Kabupaten Pasuruan, dr. Victor Kristanto memberikan pemahaman tentang penyakit OMSK yang terjadi di area telinga "OMSK adalah singkatan dari Otitis Media Supuratif Kronik, Otitis itu artinya peradangan pada telinga dan media artinya tengah, sehingga OMSK adalah peradangan di telinga tengah yang sifatnya kronis lebih dari dua bulan", jelasnya.
Bertempat di Ruang Studio Radio Suara Pasuruan 107 FM, dr. Victor mengajak masyarakat untuk mulai mengenal penyakit OMSK terutama gejala awal penyebabnya dan bahaya bagi kesehatan yang tidak banyak orang memperhatikannya "Gejala umum yang sering terjadi ialah penurunan pendengaran, disertai nyeri telinga, hingga sering keluar cairan/lendir dari telinga secara terus-menerus atau yang dikenal dengan kopokan" ujarnya.
Ditambahkan, dalam ilmu medis OMSK di bagi menjadi dua golongan, yakni bersifat jinak dan ganas. Keduanya termasuk infeksi namun tipe ganas lebih berbahaya karena dapat mengerosi tulang-tulang yang ada di sekitar, juga gejala yang dialami juga berbeda "Kalau yang jinak gejalanya berlubang keluar cairan, kalau ganas sifatnya merusak sekitar, kalau lapisan tulangnya tipis bisa menyebabkan infeksi pada otak dan itu yang lebih mengancam nyawa" ungkapnya.
Menurut dr. Victor Kristanto pasien pada balita dan anak kecil lebih rentan terkena OMSK karena kekuatan tubuh khususnya pada gendang telinga anak kecil lebih lemah dibandingkan orang dewasa "pada anak kecil rawan terjadi gendang telinga sobek, terutama pada anak kecil yang sering batuk pilek, di mana gendang telinga tidak kuat menahan tekanan yang ada di telinga tengah. artinya dia kemasukan lendir akibat flu, ditambah dengan infeksi peradangan yang sedang berlangsung, itu biasa terjadi robek", ucapnya.
Selain itu, dr. Victor menyampaikan kebanyakan pasien yang datang dengan keluhan OMSK terjadi karena kurang memperhatikan kebersihan telinga dan pola perilaku yang salah seperti sering mengorek-orek telinga dengan benda kasar atau bulu ayam, sehingga menusuk gendang telinga, akibatnya gendang telinga terbuka dan mudah dimasuki air.
Maka dari itu, dr. Victor memberikan cara yang tepat untuk membersihkan kotoran telinga yang bisa dilakukan sendiri dengan cara menggunakan cotton but yang berbahan halus, tidak kasar, dan menggunakan ukuran yang paling kecil serta tidak boleh mengorek terlalu dalam. Dilakukan minimal dalam waktu 2 sampai 3 bulan sekali.
Dan jika memungkinkan disarankan untuk tidak melakukan pembersihan kotoran telinga secara mandiri "Karena pada dasarnya liang telinga itu bisa mengeluarkan kotoran secara otomatis yaitu dengan cara dikunyah, bicara, atau gerakan membuka-tutup mulut karena rahang itu nyambung ke bawah telinga, sehingga ketika terjadi pergerakan secara tidak langsung mendorong kotoran keluar" jelasnya.
Di akhir, dr. Victor menghimbau kepada masyarakat untuk menghindari kebiasaan mengorek telinga, serta melakukan pemeriksaan kepada tenaga ahli medis jika merasa ada sesuatu yang mengganggu di area telinga yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang tepat. (Robiatul)
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini