Dalam rangka mendukung Program Kasih Bersanding Mesra, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Pasuruan melakukan Audit Kasus Stunting dan Diseminasi Semester 1 Tahun 2023 yang bertempat di Auditorium Mpu Sindok Graha Maslahat Kabupaten Pasuruan, Rabu (20/09/2023) Pagi.
Hadir dalam acara tersebut Plt Kepala Dinas DP3AP2KB. Luluk Yuli Wulandari, Kepala Bidang KBK3. dr. Ella Sandra Iswari, Para Kepala OPD, Camat sekaligus Narasumber dr. Handi Firmansyah beserta tamu undangan lainnya.
dr. Handi Firmansyah memberikan paparan beberapa kasus stunting di Kabupaten Pasuruan yang dijadikan sampel saat melakukan kajian di lapangan. ia menyampaikan bahwa orang tua yang dahulunya terlahir stunting memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi stunting.
"Ibu yang dulu terlahir stunting, kemungkinan anaknya juga akan stunting, jadi itu seperti mata rantai yang harus diputus." Paparnya
Ia juga menyampaikan bagi para calon pengantin (Catin) sebelum memutuskan untuk menikah dan memiliki anak untuk memperbanyak pengetahuan dan melakukan planing/perencanaan, termasuk dalam pemeriksaan kesehatan Catin.
"Catin (Calon Pengantin) kalau indeks masa tubuhnya rendah, diperbaiki dulu. Usahakan jangan menikah usia dini, Kalau sudah terlanjur menikah jangan langsung hamil, gunakan KB dulu, tetapi KB yang tidak menyebabkan rahim kering seperti KB Pil" Jelasnya.
Kepala Bidang KBK3 dinas P3AP2KB, dr. Ella Sandra Iswari dalam kesempatan yang sama menyampaikan pelaksanaan audit kasus stunting ini tidak lain sebagai upaya penurunan angka stunting yang dilakukan di 24 Kecamatan melalui kajian yang dilakukan oleh tim profesional.
"Audit kasus stunting merupakan hasil dari pekerjaan yang sudah dilakukan oleh 24 kecamatan mulai Januari-Juni ini kita rangkum, sebagaimana kasus yang berada dilapangan dengan mengambil 2 kasus yang dijadikan sampling" Ungkapnya.
Ada beberapa parameter yang menjadi tolak ukur dalam persoalan stunting seperti calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas serta balita untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting baik di tingkat Nasional maupun daerah.
"Target untuk prevalensi stunting tingkat nasional itu 14% berdasarkan SSGI, Kabupaten Pasuruan di akhir tahun 2022 kita masih diangka 20%. Secara EPPGBM kita memang sudah 18% tetapi yang diakui nasional adalah SSGI"
Lebih lanjut ia menyampaikan terkait resiko stunting bagi para calon pengantin yakni sebanyak 80%, berdasarkan data elsimil dari 1.434 calon pengantin sebanyak 1.153 beresiko stunting, hal ini bisa terjadi karena banyak faktor sehingga membutuhkan atensi dari para pemangku kepentingan.
"Ada beberapa resiko stunting seperti wanita di bawah umur, anemia, calon pengantin yang kekurangan gizi, wanita yang terpapar rokok, laki-laki yang merokok. Ini yang kita upayakan sekiranya nanti tidak melahirkan bayi stunting" Jelasnya.
Di akhir, dr. Ella berharap adanya kolaborasi, dukungan dan bekerja sama dalam upaya penurunan angka stunting melalui program-program yang fokus dalam penanganan masalah stunting.
"Dari kasus-kasus itu, semua organisasi profesi yang kami hadirkan, meminta OPD, stake holder, atau lintas sektor dapat memberikan intervensi sebagai tindak lanjut untuk 6 bulan ke depan, harapannya agar prevalensi stunting kita bisa turun" Tutupnya. (R.A)
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini